BIOGRAFI
HEINZ GUDERIAN SI PELOPOR BLITZKRIEG
Oleh : REFI REFIYANTO
NIM : 11407141019
Prodi : ILMU SEJARAH
A. RIWAYAT HIDUP HEINZ GUDERIAN
Heinz Wilhelm Guderian lahir pada 17 Juni 1888 di kota Kulm, Jerman bagian Timur, (sekarang kota Chelmno, Polandia). Beliau berasal dari keluarga militer, ayahnya adalah seorang Jenderal di Prussia. Selama 6 tahun dari 1901-1907, Guderian menghabiskan waktu di sekolah militer dan memulai karir militernya pada tahun 1908 sebagai Letnan Muda di Batalion 10 Hanoverian Jäger, dibawah kepemimpinan ayahnya sendiri. Guderian menikah dengan Margarete Goerne pada bulan Oktober 1913 dan dikaruniai dua orang anak. Anak laki-lakinya yang bernama Heinz Gunther Guderian menjadi jenderal terkenal pasca perang di Angkatan Bersenjata Jerman Barat (Bundeswehr). Beliau meninggal pada usia 65 tahun di Schwangau dekat Füssen (Jerman Selatan) pada 14 Mei 1954 dan dikebumikan di the Friedhof Hildesheimer Strasse, Goslar.
B. KARIR HEINZ GUDERIAN
Guderian menghabiskan waktu di sekolah militer selama 6 tahun dari tahun 1901-1907, dan memulai karir militernya pada tahun 1908 sebagai Letnan Muda di Batalion 10 Hanoverian Jäger, dibawah kepemimpinan ayahnya sendiri.
Ketika perang dunia I beliau bertugas sebagai Perwira Staff Umum dan Sinyal. Dan ketika pasca perang dunia I, beliau merupakan salah satu diantara 100.000 tentara yang diijinkan di Angkatan Darat Jerman pada Perjanjian Versailles. Mulai saat itu beliau mulai memepelajari kendaraan lapis baja dan belajar tentang peperangan dengan kendaraan lapis baja.[1] Beliau juga fasih berbahasa Inggris dan Perancis, sehingga bisa bertukar pikiran dengan ahli-ahli perang lain, dan kemudian menyalurkan pemikirannya tentang perang ke dalam sebuah buku dengan judul “Achtung Panzer”. Buku ini ditulis tahun 1936-1937, dan berisi tentang penjelasan teori pertempuran modern dengan tank dan pesawat, serta analisa kesuksesan dan kegagalan pasukan sekutu dalam menggunakan kendaraan lapis baja pada Perang Dunia I.
Ketika masa antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II, Guderian diangkat komandan suatu batalyon bermotor (1931) dan diizinkan melaksanakan latihan medan dengan kendaraan lapis baja serta mobil yang diperlengkapi hingga tampak seperti tank.[2] Dalam latihan militer pertama yang dikunjungi oleh Hitler setelah Ia menjadi Kanselir Jerman, pada musim semi tahun 1933, Hitler kagum menyaksikan satuan panser Guderian tersebut, sehingga setelah itu Hitler mendukung permintaan Guderian akan divisi lapis baja.
Dalam Perang Dunia II, beliau pertama kali memimpin Korps Angkatan Darat XIX dalam pertempuran kilat (Blitzkrieg) invasi ke Polandia dan ke Perancis. Secara pribadi beliau memimpin penyerangan hingga melewati Hutan Ardennes, menyeberangi Sungai Meuser dan memotong melewati garis Perancis di Sedan. Selain itu dalam Operasi Barbarossa, ketika melakukan pincer movement (gerakan pengepungan) turut bergerak divisi-divisi berlapis baja yang dipimpin oleh Jenderal Guderian dan Jenderal Hoth.[3] Sesuai dengan dokrin Blitzkrieg beliau memimpin gerak cepat pasukan panzernya sehingga beliau dijuluki “Der Schnelle Heinz” (Heinz si cepat) atau “Heinz Brauseetter” (Heinz si angin puyuh) oleh anak buahnya.[4] Dalam Operasi tersebut beliau mendapatkan medali Knight Cross dan Oak Leaves.
Setelah kekalahannya di Stalingrad, beliau dipecat dari jabatan Komando Divisi Lapis Baja (Panzergrupppe) oleh Hitler dan ditempatkan di Ober Kommando der Heeres (OKH). Namun beliau dipanggil lagi oleh Hitler untuk berdinas aktif dengan menjabat sebagai Inspektur Jenderal pada Divisi Persenjataan pada 1 Maret 1943. Beliau bertanggung jawab melakukan latihan di luar negeri, memproduksi pasukan panzer dan cara menggunakannya. Pada 21 Juli 1944, beliau menjadi Kepala Staff Umum di OKH (Komando Angkatan Darat Jerman). Selain itu Guderian turut andil dalam Pertempuran Bulge di Hutan Ardennes pada Desember 1944, yang merupakan serangan Jerman terakhir kalinya di front Barat.[5]
Ketika kegagal merebut Kustrin (60 km sebelah Timur Berlin) dari Tentara Merah, Hitler dengan marahnya memaki-maki para jenderalnya karena dianggap tidak becus.[6] Guderian sebagai Kepala Staff Umum membela rekan-rekannya, tetapi menyulut perdebatan dikeduanya soal kegagalan serangan balasan Angkatan Darat Jerman,[7] sehingga pada 28 Maret 1945, Hitler memecat Guderian dari jabatannya sebagai Kepala Staff Umum OKH.
Setelah jatuhnya Berlin ke tangan Uni Soviet yang merupakan akhir dari Perang Dunia II, beliau menyerah kepada Angkatan Darat Amerika Serikat pada 10 Mei 1945 dan dianggap sebagai penjahat perang. Namun pada Pengadilan Nuremberg (17 Juni 1948), Guderian dinyatakan tidak terlibat dengan segala bentuk kejahatan perang, karena semua yang dilakukannya berada dalam urusan militer profesional. Atas keputusan tersebut, Uni Soviet mengajukan protes.[8]
Ketika Guderian pensiun, beliau menerima uang negara dari Pemerintah Jerman Barat. Kemudian Guderian meninggal pada usia 65 tahun di Schwangau dekat Füssen (Jerman Selatan) pada 14 Mei 1954 dan dimakamkan di the Friedhof Hildesheimer Strasse, Goslar.
C. PENGHARGAAN-PENGHARGAAN YANG DITERIMA HEINZ GUDERIAN
· Knight's Cross of the Iron Cross dengan Oak Leaves. Didapat dalam Operasi Barbarossa, 22 Juni 1941.
· Knight's Cross (27 Oktober 1939) sebagai Jenderal Divisi Lapis Baja (Panzertruppe) dan Komandan Korps Angkatan Bersenjata XIX.
D.KARYA-KARYA YANG TELAH DIBUAT HEINZ GUDERIAN
· Blitzkrieg
Tank adalah ciptaan Inggris, tapi hanya digunakan secara kecil-kecilan pada akhir Perang Dunia I. Tapi seorang opsir Jerman, Mayor Heinz Guderian yang waktu itu baru berusia 30 tahun, melihat bahwa yang memutuskan Perang Dunia I bukanlah strategi Jenderal Foch, tapi “Jenderal Tank”.[9]
Sesuai dengan teori-teori penulis militer Inggris (Fuller dan Liddell Hart) Guderian berpendapat, bahwa tank itu tidak harus digunakan semata-mata sebagai pembantu oasukan infantri melainkan harus dibentuk pasukan tank tersendiri yang otonom, yang bisa melakukan ofensif (penyerangan).[10] Strategi tersebut dicoba untuk pertama kalinya di Polandia dengan hasil gilang-gemilang.[11]
Sehingga dunia telah berkenalan buat pertama kali dengan suatu bentuk perang modern, perang kilat mekanis, Blitzkrieg yang berdasarkan dua unsur: kecepatan dan pendadakan.[12]
Selain itu Guderian juga handal dalam masalah-masalah teknis yang berkaitan dengan tank, sehingga beliau bukan hanya handal dalam strategi pertempuran lapis baja saja tetapi handal juga dalam memahami jenis kendaraan lapis baja tersebut hingga hal-hal kecil.[13]
· Buku Achtung Panzer
Merupakan buku karangan Guderian (1936-1937), yang berisikan tentang penjelasan teori pertempuran modern dengan tank dan pesawat, serta analisa kesuksesan dan kegagalan pasukan sekutu dalam menggunakan kendaraan lapis baja pada Perang Dunia I.
E.FOTO-FOTO HEINZ GUDERIAN
Guderian, bersama para perwiranya yang berseragam hitam khas pasukan panzertruppe (Divisi Lapis Baja). Di Rusia pada operasi Barbarossa Agustus 1941. Setelah gagal dalam pertempuran musim dingin Hittler memecatnya.
Guderian ketika sedang menganugerahkan medali Nahkampfspange In Gold bagi para prajurit Jerman yang terpilih pada suatu upacara penghargaan dibulan Maret 1945. Tak lama kemudian Hittler memecatnya untuk kedua kalinya karena Hittler tidak puas dengan kinerjanya yang dianggap gagal dalam menjalankan tugas sebagai Kepala Staff Angkatan Darat. Kemudian Guderian digantikan oleh General der Infanterie Hans Krebs.
Dalam operasi Barbarossa, tampak di belakang Guderian adalah General Leutnat Hyazinth anggota Der Panzergraf dengan mengenakan baju hitam. Merupakan salah satu dari 27 prajurit terbaik Jerman yang mendapatkan medali Brillanten .
Guderian dalam operasi Fall Gelb atau Operasi Kuning (Penyerbuan ke negara-negara bawah dan Perancis pada bulan Mei dan Juni 1940) menjadi puncak serangan kilat. Dia berada di atas Halftrack bersama petugas signal. Jika dilihat yang digunakan petugas signal merupakan alat komunikasi rahasia Nazi yang bernama Enigma.
Guderian sedang mendiskusikan ofensif terakhir Jerman di Barat yang dinamakan Serangan Bulge di Ardennes . foto seperti jarum jam dari kiri atas : Guther Korten, Hermann Fegelein, Petinggi Luftwaffe, Guderian, Hittler, Herman Goering.
DAFTAR PUSTAKA
Ojong, P.K. 2003. Perang Eropa Jilid I. Jakarta: Kompas.
Ojong, P.K. 2005. Perang Eropa Jilid III. Jakarta: Kompas.
Pasaribu Saut. 2009. Sejarah Perang Dunia. Yogyakarta: Locus.
Srivanto Fernando. 2008. Das Panzer. Yogyakarta: Narasi.
Wernick Robert. 1986. Perang Kilat. England: Time Inc.
[1] Guderian mempelajari teori fuller dan Liddell Hart. Lihtlah buku karangan P.K. Ojong, yang berjudul Perang Eropa Jilid I, hal. 15-18
[2] Robert Wernick. Perang Kilat. England: Time Inc. 1986, hal. 24.
[3] P. K. Ojong. Perang Eropa Jilid I. Jakarta: Kompas. 2003, hal. 359.
[4] Fernando Srivanto. Das Panzer. Yogyakarta: Narasi. 2008, hal. 19.
[5] Perang dalam rangka memukul mundur pasukan Sekutu serta menyatakan kepada Dunia bahwa Jerman masih kuat. Lihtlah buku karangan P.K. Ojong, yang berjudul Perang Eropa Jilid I, hal. 15-18.
[6] P. K. Ojong. Perang Eropa Jilid III. Jakarta: Kompas. 2005, hal. 324.
[7] Guderian menunjuk beberapa kesalahan Hitler pada ofensif di Ardennes, Hongaria, Baltik, dan sebagainya. Lihtlah buku karangan P.K. Ojong, yang berjudul Perang Eropa Jilid III, hal. 324.
[8] Jaksa penuntut dari Uni Soviet menyatakan keberatan melalui dissenting opinion, dan agar menghendaki semua petinggi militer Jerman dihukum berat . Lihtlah buku karangan P.K. Ojong, yang berjudul Perang Eropa Jilid III, hal. 376-379.
[9] P. K. Ojong. Perang Eropa Jilid I. Jakarta: Kompas. 2003, hal. 2-3.
[10] Ibid, hal. 16.
[11] Polandia dikalahkan Jerman dengan mudah. Lihtlah buku karangan Saut Pasaribu, yang berjudul Sejarah Perang Dunia, hal. 47-48.
[12] P. K. Ojong. Perang Eropa Jilid I. Jakarta: Kompas. 2003, hal. 10.
[13] Fernando Srivanto. Das Panzer. Yogyakarta: Narasi. 2008, hal. 20.
0 komentar:
Post a Comment